Kolombo, Sri Lanka – Momen Paskah yang seharusnya menjadi perayaan damai berubah menjadi teror mencekam di salah satu gereja di Sri Lanka. Seorang pria bersenjata dilaporkan melepaskan tembakan ke arah jemaat yang tengah mengikuti misa Paskah pada Minggu pagi (waktu setempat), memicu kepanikan dan ketakutan di kalangan umat.
Insiden tersebut terjadi di sebuah gereja di wilayah barat negara itu, saat kebaktian tengah berlangsung. Menurut laporan awal, pelaku masuk dengan mengenakan pakaian kasual dan sempat duduk di barisan belakang sebelum akhirnya mengeluarkan senjata api dan melepaskan beberapa tembakan secara membabi buta.
Kepanikan dan Respons Cepat
Tembakan pertama langsung membuat suasana menjadi kacau. Jemaat yang terdiri dari anak-anak hingga lansia berhamburan menyelamatkan diri. Beberapa orang terluka akibat insiden ini, baik karena tembakan maupun akibat berdesakan saat mencoba keluar dari bangunan.
Petugas keamanan gereja segera bereaksi dan menghubungi aparat kepolisian. Pelaku berhasil ditangkap tidak lama setelah kejadian oleh satuan patroli yang tengah berjaga di dekat lokasi. Senjata api jenis pistol semi-otomatis yang digunakan pelaku juga telah diamankan sebagai barang bukti.
Motif Belum Diketahui
Hingga kini, motif di balik penyerangan ini belum diungkap secara resmi oleh pihak kepolisian. Namun, sejumlah sumber dari aparat keamanan menyatakan bahwa penyelidikan tengah difokuskan pada kemungkinan keterkaitan pelaku dengan jaringan ekstremis atau aksi balas dendam pribadi.
“Kami belum bisa menyampaikan terlalu banyak, tetapi pelaku sudah diamankan dan sedang diperiksa intensif. Saat ini prioritas kami adalah memulihkan kondisi para korban dan memastikan keamanan tempat ibadah lainnya,” kata juru bicara Kepolisian Sri Lanka.
Bayang-Bayang Serangan 2019
Insiden ini membangkitkan kembali trauma lama masyarakat Sri Lanka, yang pada tahun 2019 silam diguncang serangan bom bunuh diri pada Hari Paskah yang menewaskan lebih dari 250 orang di beberapa gereja dan hotel mewah. Serangan yang diklaim oleh kelompok ekstremis tersebut menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah negara tersebut.
Meskipun sejak saat itu pemerintah meningkatkan pengamanan, khususnya pada hari-hari besar keagamaan, insiden terbaru ini menunjukkan bahwa ancaman kekerasan terhadap rumah ibadah masih belum sepenuhnya hilang.
Solidaritas dan Seruan Perdamaian
Sejumlah tokoh agama dan pemimpin komunitas menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden ini. Uskup setempat meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi, serta menyerukan agar semua pihak memperkuat solidaritas antarumat beragama.
“Kita harus berdiri bersama dalam doa dan aksi damai. Kekerasan terhadap tempat ibadah adalah serangan terhadap kemanusiaan itu sendiri,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Pemerintah Sri Lanka juga menjanjikan penyelidikan menyeluruh dan peningkatan pengamanan di seluruh gereja yang masih menggelar misa Paskah dalam beberapa hari ke depan.