Sidang Umum PBB ke-80 yang digelar di New York menjadi sorotan utama bagi isu Palestina. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, hadir langsung dalam konferensi internasional tingkat tinggi yang membahas solusi damai atas masalah Palestina serta implementasi solusi dua negara. Keterlibatan RI tidak sekadar simbolik; Indonesia menjadi bagian dari core group — kelompok inti yang berjumlah 19 negara — yang menggalang dukungan bagi pengakuan status kenegaraan Palestina. NTV News+3Antara News+3Setkab+3
Dalam pidatonya di Konferensi Internasional tersebut, Prabowo menyuarakan bahwa aksi nyata, bukan hanya pernyataan, sangat dibutuhkan. Dia menegaskan bahwa “pengakuan terhadap Negara Palestina adalah langkah di sisi yang benar dari sejarah” dan menyebut bahwa momentum sekarang harus digunakan untuk segera mengakhiri perang dan krisis kemanusiaan di Gaza. Antara News+1
Keyakinan akan Terobosan
Prabowo menunjukkan optimismenya bahwa forum ini akan membawa terobosan konkret bagi Palestina. Beberapa faktor yang menjadi dasar keyakinan ini:
- Pengakuan Negara Palestina yang Meningkat
Beberapa negara peserta KTT — seperti Prancis, Portugal, Inggris, Malta — tampak sudah menyatakan niat (atau bahkan sudah melakukan) untuk mengakui Palestina secara resmi sebagai negara. Hal ini dianggap mampu memperkuat posisi tawar Palestina dalam diplomasi internasional. Antara News+2detikcom+2 - Adopsi Deklarasi New York
Sidang Majelis Umum PBB telah mengadopsi draf resolusi Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Isu Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara. Deklarasi ini menjadi landasan hukum dan moral yang lebih kuat bagi upaya internasional untuk mendukung Palestina. Antara News+2NTV News+2 - Peran Indonesia sebagai Core Group
Dengan posisi sebagai anggota inti, Indonesia diharapkan mampu memobilisasi dukungan lintas negara agar lebih banyak negara mengakui Palestina, serta memperkuat dukungan diplomatik dan moral. Prabowo menyebut bahwa Indonesia tidak hanya hadir di forum, tetapi aktif menyuarakan perlunya pengakuan dan keadilan bagi Palestina. Setkab+2Antara News+2
Isi Pidato dan Tuntutan Prabowo
Dalam pidato yang disampaikan di PBB, Prabowo menyampaikan beberapa tuntutan dan usulan yang dianggap sebagai jembatan untuk tercapainya terobosan, antara lain:
- Seruan agar negara-negara yang masih ragu segera mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Antara News+2detikcom+2
- Penekanan bahwa pengakuan tersebut bukan semata simbol, tetapi harus diikuti dari langkah nyata: penghentian perang di Gaza, bantuan kemanusiaan yang memadai, dan penghormatan terhadap hukum internasional. Antara News+2Antara News+2
- Komitmen Indonesia untuk mengambil bagian dalam upaya perdamaian, termasuk melalui diplomasi multilateral dan kemungkinan penyediaan dukungan dalam bentuk penjaga perdamaian. Antara News+2Setkab+2
Tantangan yang Menanti
Meskipun optimisme tinggi, Prabowo juga menyadari bahwa tantangan tidak kecil:
- Perbedaan kepentingan antar negara
Banyak negara masih takut mengakui Palestina karena alasan politik, keamanan, atau diplomasi dengan Israel. Pengakuan sering kali dipertimbangkan dengan hati-hati agar tidak memicu reaksi negatif. - Keberlanjutan tindakan nyata
Pengakuan saja tidak cukup jika tidak diikuti oleh dukungan logistik, ekonomi, dan diplomasi agar Palestina benar-benar memiliki kemampuan untuk berdaulat. Bantuan kemanusiaan, rekonstruksi infrastruktur, serta pemenuhan hak dasar warga Palestina menjadi prasyarat penting. - Dinamika konflik yang terus berubah
Perang, serangan militer, dan kondisi di lapangan (termasuk di Gaza) bisa menghambat pelaksanaan resolusi-resolusi dan deklarasi. Setiap eskalasi kekerasan bisa membalik momentum diplomatik. - Peran lembaga internasional dan hukum internasional
Keberhasilan deklarasi dan resolusi sangat tergantung pada mekanisme internasional, seperti PBB, serta keputusan negara-negara besar. Hak veto di Dewan Keamanan PBB, misalnya, tetap menjadi kendala bila negara anggota tetap memilih untuk memblokir langkah yang dianggap menguntungkan Palestina. detiknews+1
Implikasi untuk Indonesia
Bagi Indonesia, terobosan bagi Palestina bukan hanya mengenai solidaritas, tetapi juga tentang identitas diplomatik dan posisi geografis serta historis Indonesia:
- Memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang aktif dalam diplomasi global dan advokasi HAM.
- Meneguhkan visi “Asta Cita” dalam politik luar negeri: tidak hanya mencari kepentingan nasional, tetapi juga berperan dalam perdamaian dunia dan keadilan global. Antara News+1
- Memobilisasi dukungan domestik agar rakyat, lembaga politik, dan institusi negara bersatu dalam sikap terhadap Palestina, sehingga diplomasi luar negeri mendapat fondasi kuat dalam negeri.