Jakarta – Dalam kunjungan resmi ke Indonesia pada Kamis (23/5), Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok, Li Qiang, menyampaikan salam pribadi dari Presiden Xi Jinping kepada Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto. Momen ini menjadi salah satu sorotan penting dalam rangkaian diplomatik bilateral yang menandai eratnya hubungan kedua negara, terutama di tengah dinamika geopolitik kawasan yang terus berkembang.
Li Qiang diterima langsung oleh Prabowo di kediaman dinas Kementerian Pertahanan di Jakarta. Dalam pertemuan tertutup yang berlangsung selama kurang lebih satu jam, kedua tokoh berdiskusi hangat mengenai masa depan kerja sama strategis Indonesia–Tiongkok di bawah pemerintahan yang akan datang.
“Presiden Xi Jinping menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat atas kemenangan Anda dalam pemilu presiden. Beliau menantikan kerja sama yang lebih erat antara Indonesia dan Tiongkok di bawah kepemimpinan Anda,” ujar Li Qiang melalui penerjemah resmi, sebagaimana dikutip dalam siaran pers Kemhan.
Dialog Penuh Simbol dan Kepentingan Strategis
Pertemuan antara Li Qiang dan Prabowo bukan sekadar seremonial. Dalam konteks politik luar negeri, ini merupakan penegasan awal bahwa Beijing ingin mempertahankan bahkan memperdalam hubungan bilateral dengan Jakarta, yang selama ini menjadi mitra utama dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI).
Prabowo, dalam tanggapannya, menyambut baik ucapan Presiden Xi dan menyatakan kesiapan untuk melanjutkan serta mengembangkan berbagai bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Ia menegaskan pentingnya hubungan Indonesia–Tiongkok sebagai dua kekuatan besar di kawasan Asia.
“Kami menghargai hubungan baik yang telah terjalin, dan saya berkomitmen untuk memperkuat persahabatan, investasi, dan kerja sama teknologi antara kedua negara,” ujar Prabowo.
Isu Ekonomi, Pertahanan, hingga Ketahanan Pangan
Selain isu diplomatik, Li Qiang dan Prabowo juga membahas sejumlah agenda konkret, seperti peningkatan investasi di sektor manufaktur, teknologi energi bersih, pertahanan, dan ketahanan pangan. Kedua pihak disebut sepakat memperluas kemitraan strategis menjadi lebih inklusif, dengan melibatkan lebih banyak sektor dan pelaku usaha dari kedua negara.
China saat ini merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, dengan nilai perdagangan yang terus mencatat tren positif dalam satu dekade terakhir. Di sisi lain, Tiongkok juga menjadi salah satu investor terbesar di sejumlah proyek infrastruktur besar di Indonesia, seperti Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
Pesan Politik dan Stabilitas Kawasan
Kehadiran Li Qiang juga dibaca sebagai sinyal kuat bahwa Tiongkok ingin memastikan transisi pemerintahan di Indonesia berjalan mulus tanpa gangguan terhadap hubungan bilateral. Di tengah persaingan global antara blok Barat dan Timur, Indonesia dipandang sebagai kekuatan netral yang memiliki posisi tawar signifikan.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Dr. Retno Wulandari, menilai penyampaian salam pribadi dari Xi Jinping bukan hanya formalitas, tetapi bentuk komunikasi politik tingkat tinggi yang menunjukkan penghargaan dan kepercayaan Tiongkok terhadap kepemimpinan Prabowo.
“Ini adalah bentuk diplomasi personal yang jarang terjadi kecuali kepada mitra strategis. Tiongkok jelas ingin menjaga momentum kerja sama, dan Prabowo dianggap sebagai figur yang dapat menjaga stabilitas hubungan ini,” ujarnya.