Islamabad, Juni 2025 — Dunia internasional kembali dikejutkan oleh sebuah langkah tak terduga dari parlemen Pakistan. Dalam sebuah sidang khusus, sekelompok anggota parlemen Pakistan resmi mengajukan nominasi mantan Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, untuk menerima Nobel Perdamaian. Keputusan ini menuai pro dan kontra, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung geopolitik global.
Langkah ini disebut sebagai penghargaan atas peran Trump dalam memediasi beberapa konflik berkepanjangan yang melibatkan negara-negara Muslim, termasuk inisiatif damainya di Timur Tengah selama masa kepresidenannya, serta manuver diplomatik tak lazim yang dianggap berdampak signifikan dalam meredakan ketegangan antara negara-negara besar.
Alasan di Balik Nominasi
Menurut pernyataan resmi dari Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Pakistan, Abdul Rauf, pencalonan Trump dilandasi oleh “kontribusi luar biasa dalam membangun jalur komunikasi antara negara-negara yang sebelumnya saling memusuhi.” Ia menyinggung peran Trump dalam perjanjian Abraham Accords yang mempertemukan Israel dengan beberapa negara Arab, serta upayanya dalam mengurangi ketegangan dengan Korea Utara.
“Terlepas dari pandangan politik terhadap dirinya, Donald Trump telah menunjukkan bahwa diplomasi bisa datang dalam bentuk yang tidak konvensional. Di saat dunia mengalami stagnasi dalam penyelesaian konflik, pendekatannya justru memicu perubahan besar,” ujar Abdul Rauf dalam konferensi pers di Islamabad.
Lebih jauh, beberapa anggota parlemen Pakistan juga menyoroti pendekatan Trump yang dianggap ‘tegas tapi pragmatis’ terhadap isu-isu keamanan regional. Salah satu contohnya adalah saat pemerintahan Trump memfasilitasi negosiasi damai antara Taliban dan Amerika Serikat di Doha, yang kemudian menjadi dasar bagi penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Tanggapan Internasional
Respons dunia terhadap nominasi ini sangat beragam. Beberapa pengamat politik menganggapnya sebagai langkah simbolik dari Pakistan untuk mengkritik kebijakan luar negeri Amerika di bawah pemerintahan saat ini. Namun, tidak sedikit pula yang melihat ini sebagai isyarat bahwa pengaruh Trump di kancah global belum benar-benar pudar, meski ia tidak lagi menjabat.
“Ini mungkin bukan soal setuju atau tidak dengan Trump secara pribadi, melainkan pengakuan bahwa pendekatannya berhasil menciptakan perubahan yang nyata dalam beberapa isu perdamaian internasional,” ungkap Dr. Farzana Aslam, analis politik dari Universitas Lahore.
Namun, pihak oposisi di Pakistan mempertanyakan urgensi dan motivasi di balik nominasi tersebut. Mereka menilai pemerintah seharusnya lebih fokus pada isu-isu domestik ketimbang melibatkan diri dalam nominasi Nobel yang sarat dengan muatan politis.
Apa Kata Trump?
Melalui platform sosial medianya, Donald Trump merespons pencalonan tersebut dengan nada optimistis. “Saya merasa terhormat dengan dukungan dari para pemimpin Pakistan. Perdamaian dunia adalah misi bersama, dan saya akan selalu mendukungnya,” tulis Trump dalam sebuah unggahan yang segera viral.
Meski begitu, Komite Nobel di Norwegia belum memberikan komentar resmi terkait masuknya nama Trump sebagai salah satu kandidat penerima Nobel Perdamaian 2025. Sesuai prosedur, identitas resmi para nominator dan kandidat akan dirahasiakan selama 50 tahun, meskipun nominasi dari tokoh-tokoh publik sering kali diumumkan secara terbuka oleh pihak pengusul.