Di sela upaya modernisasi angkatan lautnya, Filipina kini menghadirkan sebuah nama baru yang mudah diingat: Rajah Sulayman. Lebih dari sekadar kapal patroli bermesin tangguh, seri OPV ini diposisikan sebagai lompatan kemampuan — terutama setelah rencana memasang sistem towed‑array sonar (TASS) pada beberapa unit. Bagi sebuah negara kepulauan yang bergantung pada kendali laut dan intelijen bawah air, itu bukan sekadar peningkatan; itu perubahan paradigma operasi.
Dari desain hingga geladak: apa itu Rajah Sulayman?
Kelas Rajah Sulayman adalah seri offshore patrol vessel (OPV) bermesaran sekitar 2.400 ton yang dibangun oleh Hyundai Heavy Industries untuk Angkatan Laut Filipina sebagai bagian program pengadaan enam kapal yang disepakati pada 2022. Kapal panjangnya mendekati 94 meter, dirancang sebagai platform multi‑misi: patroli maritim jauh, pengawalan, pencarian‑penyelamatan, hingga dukungan operasi anti‑penyelundupan dan perlindungan zona ekonomi eksklusif.
TASS: mengapa towed‑array sonar menjadi sorotan
Towed‑array sonar adalah alat kunci dalam perang anti‑kapal selam modern. Berbeda dari sonar terpasang pada lambung kapal, TASS ditarik di belakang kapal pada kabel panjang sehingga memiliki kemampuan deteksi low‑frequency yang lebih baik, jangkauan lebih jauh, dan sensitivitas lebih tinggi terhadap jejak‑jejak bawah air. Dengan kata lain, kapal yang membawa TASS jadi jauh lebih mampu “membaca” aktivitas kapal selam atau target bawah air lain yang berusaha bersembunyi di perairan dalam atau lapisan termoklin. Naval News
Filipina memasang TASS: detail kontrak dan maknanya
Menurut laporan industri, Pemerintah Filipina menganggarkan sekitar ₱2,40 miliar (sekitar USD 41 juta) untuk pengadaan modular TASS bagi tiga dari enam OPV Rajah Sulayman. Pembayaran awal untuk proyek “Weapons and Sensors Systems Upgrade” telah dicairkan, sementara pemasangan sistem ini dikerjakan sebagai kontrak terpisah dari kontrak pembuatan kapal. Pilihan sistem yang dipilih — TRAPS (Towed Reelable Active Passive Sonar) dari GeoSpectrum Technologies Inc. (GTI), anak perusahaan Elbit — memberikan sinyal bahwa Manila ingin solusi yang cepat diintegrasikan dan relatif modular. Naval News
Dampak operasional: dari patroli biasa ke kapabilitas ASW
Penambahan TASS pada OPV mengubah cara kapal‑kapal ini dipakai. OPV yang semula fokus pada patroli permukaan kini dapat melaksanakan misi ASW (anti‑submarine warfare) ringan—melakukan patroli pendeteksian, merawat kawasan laut sensitif, dan memberikan peringatan dini terhadap aktivitas kapal selam asing. Untuk Filipina, dengan ribuan pulau dan jalur laut strategis di Laut Cina Selatan, kemampuan deteksi bawah air ini meningkatkan keseluruhan kesadaran maritim dan memberi opsi taktis baru tanpa harus menunggu korvet atau fregat kelas berat. Naval News
Mana yang akan dipasangi TASS — dan kapan kapal mulai berlayar?
BRP Rajah Sulayman (PS‑20), unit pertama dari kelas ini, telah diluncurkan dan dijadwalkan diserahkan pada awal 2026; sisanya akan menyusul hingga 2028. Sumber industri memperkirakan tiga dari enam kapal akan menerima TASS—kemungkinan besar unit‑unit akhir dalam seri—meskipun setiap kapal dirancang sejak awal untuk dapat mengakomodasi pemasangan sonar ini nantinya. USNI News+1
Batasan dan tantangan integrasi
Menambah TASS ke OPV bukan tanpa tantangan. Integrasi sensor bawah air memerlukan ruang khusus untuk reel dan winch, sistem pemrosesan sinyal yang kompatibel dengan combat management system kapal, serta penyesuaian pelatihan awak. Selain itu, OPV berukuran 2.400 ton bukanlah korvet atau frigate — ada keterbatasan endurance saat menahan operasi ASW intensif, terutama jika lingkungan laut ganas atau ketika diperlukan patroli berjam‑jam pada kecepatan rendah. Namun pendekatan modular—memasang TASS hanya pada beberapa kapal—memberi Filipina fleksibilitas biaya dan operasional.