Jakarta — Kabar bahwa militer Indonesia kini menempati posisi ke-13 dalam daftar negara paling kuat di bidang pertahanan dunia mencuri perhatian publik dan analis militer. Menurut Global Firepower (GFP) 2025, skor PowerIndex (PwrIndx) TNI berada di angka 0,2557, menjadikannya lebih unggul dibanding Jerman (0,2601) dan Israel (0,2661).
Pencapaian ini bukan sekadar angka di atas kertas: ini adalah refleksi dari pertumbuhan kapasitas pertahanan Indonesia yang semakin nyata — di tengah modernisasi militer, upaya kemandirian alutsista, dan pergeseran strategi geopolitik.
Apa Artinya Peringkat 13 untuk Militer Indonesia?
- Kekuatan Nyata, Bukan Hanya Ilusi
Peringkat di Global Firepower menggabungkan banyak faktor: jumlah personel aktif, sumber daya alam, anggaran pertahanan, hingga kemampuan logistik. Skor 0,2557 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pondasi militer yang kompetitif bila dibandingkan dengan negara maju seperti Jerman maupun Israel. - Keunggulan Sumber Daya Manusia & Alam
Indonesia memiliki populasi besar dan potensi tenaga militer yang luas. Selain itu, negara kepulauan ini masih memiliki sumber daya alam yang bisa mendukung logistik militer, seperti bahan mentah dan bahan bakar. - Modernisasi Alutsista
Meski belum setara dengan militer super besar, TNI terus mengembangkan kapabilitasnya: pengadaan pesawat militer, kapal, dan sistem darat menjadi bagian dari modernisasi. Ada dorongan nyata menuju kemandirian pertahanan. Selain itu, TNI Angkatan Darat menunjukkan kapasitas yang signifikan dalam konteks jumlah personel dan peralatan darat. - Visibilitas Internasional Meningkat
Dengan peringkat ini, militer Indonesia mendapat pengakuan yang lebih besar di arena global. Ini bisa memperkuat posisi diplomasi pertahanan Indonesia, baik dalam kerja sama latihan militer, penjualan alutsista, maupun strategi keamanan maritim.
Mengapa Mengungguli Jerman dan Israel Itu Penting
- Jerman, meskipun negara maju dengan ekonomi kuat, berada satu tingkat di bawah Indonesia menurut GFP. SINDOnews International Keunggulan TNI di atas Jerman menunjukkan bahwa kekuatan militer tak semata ditentukan oleh teknologi atau anggaran besar, tetapi juga faktor strategis seperti jumlah penduduk, mobilitas, dan sumber daya lokal.
- Israel, negara dengan anggaran militer per kapita yang sangat besar dan teknologi canggih, juga ada di bawah Indonesia dalam peringkat ini. RCTI++1 Ini bisa dilihat sebagai sinyal bahwa TNI semakin mampu bersaing dalam konteks pertahanan global, meski mungkin dengan pendekatan yang berbeda dari negara-negara yang sangat mengandalkan teknologi tinggi.
Tantangan di Depan
Pencapaian peringkat 13 tentu prestasi, tetapi bukan tanpa tantangan:
- Kemandirian Industri Pertahanan
Untuk terus maju, Indonesia harus mempercepat pembangunan industri pertahanannya. Hingga saat ini, masih banyak alutsista yang diimpor. Kemandirian produksi akan menjadi kunci agar kekuatan militer benar-benar berkelanjutan. - Pelatihan dan Profesionalisme
Memiliki banyak personel saja tidak cukup — diperlukan pelatihan intensif, profesionalisme, dan pengalaman bertugas untuk menghadapi konflik modern, terutama di era perang teknologi dan siber. - Anggaran Pertahanan
Walau terus meningkat, anggaran pertahanan masih terbatas dibanding negara-negara adidaya. Alokasi yang berkelanjutan dan efisien sangat penting agar modernisasi tidak hanya bersifat simbolis. - Tantangan Geopolitik
Indonesia sebagai negara maritim besar menghadapi isu keamanan laut, sengketa wilayah, dan dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. TNI harus terus siap menghadapi ancaman beragam, dari perompakan hingga konflik regional.