Di tengah lanskap politik nasional yang mulai menghangat pasca Pemilu 2024, Megawati Soekarnoputri kembali menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang posisi struktural, tetapi juga tentang arah moral dan ideologis. Ketua Umum PDI Perjuangan itu baru-baru ini mengumpulkan para kepala daerah dari partainya di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan—bukan untuk selebrasi kekuasaan, melainkan untuk menyegarkan kembali fondasi perjuangan.
Langkah ini bukan hal baru dalam kultur PDIP, tapi makna di baliknya tak bisa dipandang biasa. Di balik pertemuan yang tampak formal dan terjadwal itu, tersimpan pesan yang jauh lebih dalam: ideologi tak boleh dikhianati oleh pragmatisme kekuasaan, dan kader harus kembali pada akar nilai perjuangan.
Sekolah Partai: Tempat Membentuk Kader, Bukan Sekadar Simbol
Sekolah Partai PDIP bukan sekadar gedung. Di tempat inilah Megawati membangun sistem kaderisasi yang lebih sistematis, rapi, dan terukur. Para kepala daerah yang diundang—mulai dari gubernur hingga bupati dan wali kota—dihadapkan kembali pada pertanyaan fundamental: untuk siapa kekuasaan itu dijalankan?
Megawati, dalam pidatonya yang dikenal lugas dan kadang penuh sindiran tajam, menyinggung pentingnya konsistensi ideologis. Bahwa menjadi kepala daerah dari partai nasionalis-kerakyatan bukan hanya soal teknokrasi dan pembangunan infrastruktur, tetapi bagaimana memihak rakyat dengan keberanian moral.
Teguran Halus bagi yang Terlena Kekuasaan?
Tidak sedikit yang menafsirkan pertemuan ini sebagai bentuk evaluasi internal. Sejumlah kepala daerah dari PDIP belakangan ini menjadi sorotan, baik karena prestasi maupun kontroversi. Maka, pertemuan di Sekolah Partai bisa dibaca sebagai langkah preventif untuk menjaga arah partai tetap pada relnya.
Megawati sendiri memang dikenal tidak banyak tampil di publik, tapi ketika ia berbicara di hadapan kader, setiap kata punya bobot politik yang besar. Ia mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah, bukan hak milik, dan bahwa kepala daerah tidak boleh melupakan rakyat kecil yang menjadi basis kekuatan PDIP sejak era perlawanan Orde Baru.
Membaca Masa Depan PDIP Pasca 2024
Setelah tidak mengusung pemenang dalam Pilpres 2024, banyak yang bertanya-tanya ke mana arah politik PDIP ke depan. Konsolidasi lewat Sekolah Partai ini memberi jawaban awal: PDIP akan tetap menjadi kekuatan ideologis yang tak larut dalam euforia kekuasaan. Dan Megawati tampaknya ingin memastikan, bahkan memaksa, agar partainya tidak tergelincir menjadi partai elektoral belaka yang hanya sibuk memproduksi kekuasaan tanpa nilai.
Dalam sejarah politik Indonesia, sangat sedikit partai yang mampu menjaga kesinambungan antara ideologi dan kekuasaan. PDIP, di bawah Megawati, mencoba melawan arus itu, meski tidak selalu mudah. Sekolah Partai adalah tembok pengingat: bahwa kekuasaan sejati lahir dari disiplin ide dan kesetiaan pada rakyat.