Skip to content

SR

Berita Viral Terbaru 2025 Update selalu dan bisa melakukan comment atau tanya jawab kita pasti cari tau semuanya

Menu
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
Menu

Kontroversi Keterlibatan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam Pemilihan Paus Baru

Posted on 04/05/2025

Menjelang konklaf yang dijadwalkan pada 7 Mei 2025 untuk memilih penerus Paus Fransiskus, perhatian dunia tertuju pada langkah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang diduga mencoba memengaruhi proses pemilihan tersebut. Dalam sebuah jamuan makan di Kedutaan Besar Prancis untuk Takhta Suci, Macron bertemu dengan beberapa kardinal Prancis, termasuk Uskup Agung Marseille, Jean-Marc Aveline, yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat paus berikutnya. Pertemuan ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh berpengaruh seperti Andrea Riccardi, pendiri Komunitas Sant’Egidio, yang dikenal memiliki kedekatan dengan Vatikan.

Langkah Macron ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, terutama di Italia, yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk campur tangan politik dalam urusan internal Gereja Katolik. Sebagai negara sekuler, Prancis secara konstitusional memisahkan agama dan negara, sehingga keterlibatan langsung presiden dalam proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dianggap melanggar prinsip tersebut.

Meskipun Prancis memiliki lima kardinal yang berhak memilih dalam konklaf, pengaruh mereka relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Italia dan Amerika Serikat. Namun, kehadiran Macron dalam pertemuan dengan para kardinal menimbulkan spekulasi bahwa ia berusaha meningkatkan pengaruh Prancis dalam pemilihan paus, terutama dengan mendukung kandidat dari negaranya sendiri.

Sejarah mencatat bahwa paus terakhir yang berasal dari Prancis adalah Paus Gregorius XI, yang memindahkan kembali Takhta Suci dari Avignon ke Roma pada tahun 1377. Sejak saat itu, belum ada lagi paus yang berasal dari Prancis, meskipun negara tersebut memiliki sejarah panjang dalam Gereja Katolik.

Langkah Macron ini juga menimbulkan pertanyaan tentang batas antara diplomasi dan campur tangan politik dalam urusan keagamaan. Sementara beberapa pihak melihatnya sebagai upaya untuk memperkuat posisi Prancis di kancah internasional, yang lain menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap otonomi Gereja Katolik dan prinsip-prinsip sekularisme.

Dengan konklaf yang semakin dekat, perhatian dunia akan terus tertuju pada dinamika internal Vatikan dan bagaimana pengaruh eksternal, termasuk dari tokoh politik seperti Macron, dapat memengaruhi proses pemilihan paus baru. Apakah tindakan ini akan berdampak signifikan atau justru menimbulkan resistensi di kalangan kardinal, hanya waktu yang akan menjawab.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Ian Wilson: Membaca Hercules dan GRIB Jaya dalam Lanskap Politik Indonesia
  • Lonjakan COVID-19 di Hong Kong: 30 Kematian dalam Empat Pekan, Warga Diminta Waspada
  • James Comey dan Kontroversi ‘8647’: Antara Simbolisme dan Tuduhan Serius
  • Megawati Kumpulkan Kepala Daerah PDIP di Sekolah Partai: Bukan Sekadar Konsolidasi
  • Perempuan Inspirator: Zita Anjani, Marie Montessori, dan Sang Ibu

Recent Comments

  1. AmandadrYcleb mengenai Fenomena “No Viral No Justice”

Archives

  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025

Categories

  • china
  • fashion
  • glodok plaza
  • hukum
  • jepang
  • kebakaran
  • korea
  • los angeles
  • makanan
  • petugas bandara
  • prabowo
  • Selebgram
  • sogok
  • tempat wisata
  • turis
  • Uncategorized
©2025 SR | Design: Newspaperly WordPress Theme