Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia sarat dengan kisah heroik yang seringkali luput dari buku pelajaran. Di balik gegap gempita revolusi, ternyata ada segelintir orang asing yang justru memilih meninggalkan barisan kolonial dan bergabung dengan rakyat Indonesia. Mereka bukan hanya simpatisan, melainkan benar-benar mengangkat senjata di medan laga. Di antaranya adalah tentara Belanda dan Inggris yang membelot demi membela kemerdekaan Republik Indonesia.
Dari Musuh Menjadi Kawan Perjuangan
Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, suasana Indonesia diliputi ketegangan. Belanda berusaha kembali menguasai negeri ini dengan bantuan tentara Sekutu, sementara rakyat bersatu mempertahankan kemerdekaan. Namun, tidak semua tentara asing sepenuhnya setia pada misi kolonial.
Beberapa di antara mereka justru tersentuh melihat semangat juang rakyat. Di tengah hiruk-pikuk pertempuran, mereka menyadari bahwa bangsa Indonesia bukan sekadar “koloni” yang bisa dijajah kembali, melainkan masyarakat yang punya hak menentukan nasib sendiri.
Kasus Westerling dan Lahirnya Perlawanan Tandingan
Ironisnya, sebagian besar tentara Belanda terlibat dalam operasi militer yang brutal, terutama di Sulawesi Selatan di bawah komando Raymond Westerling. Namun catatan sejarah juga merekam adanya tentara Belanda yang justru membelot, salah satunya Jan Nas, seorang serdadu Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) yang berbalik haluan.
Ia dikenal menjalin kedekatan dengan para pejuang di Jawa. Nas meyakini perjuangan Indonesia adalah perjuangan yang sah, hingga akhirnya ia bergabung dengan laskar rakyat. Keputusan itu membuatnya dicap pengkhianat oleh Belanda, namun di mata para pejuang RI, ia menjadi simbol keberanian menentang penindasan.
Tentara Inggris yang Menolak Perintah
Tidak hanya dari Belanda, beberapa tentara Inggris pun menolak berperang melawan rakyat Indonesia. Pada masa-masa awal pasca-kemerdekaan, Inggris sempat ditugaskan mengamankan wilayah Nusantara sebelum Belanda kembali masuk.
Namun sejumlah prajurit Gurkha dan tentara Inggris mengaku enggan terlibat dalam konflik yang jelas-jelas tidak adil. Beberapa di antaranya dilaporkan membocorkan informasi intelijen, memperlambat pergerakan pasukan, bahkan menyerahkan senjata mereka kepada pejuang republik. Walau nama mereka jarang tercatat resmi, kisah ini hidup dalam ingatan rakyat sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan.
Bukti Universalitas Perjuangan
Kisah tentara Belanda dan Inggris yang membelot menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak semata-mata milik bangsa ini. Nilai yang diperjuangkan—kemerdekaan, keadilan, dan kebebasan—bersifat universal, sehingga mampu menggerakkan hati nurani siapa pun, bahkan mereka yang awalnya datang sebagai musuh.
Sejarah mencatat, meski jumlahnya tidak banyak, keberadaan para “pembelot” ini memberi dampak moral yang besar. Mereka membuktikan bahwa kebenaran dapat melampaui batas bangsa dan seragam militer.