Pada 2 Mei 2025, Badan Intelijen Dalam Negeri Jerman, Bundesamt für Verfassungsschutz (BfV), secara resmi mengklasifikasikan Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) sebagai organisasi ekstremis sayap kanan. Keputusan ini memungkinkan peningkatan pengawasan terhadap partai tersebut, termasuk penggunaan informan dan penyadapan komunikasi.
Latar Belakang dan Alasan Klasifikasi
AfD, yang didirikan pada 2013 sebagai partai euroskeptik, telah mengalami pergeseran ideologi ke arah kanan sejak krisis migrasi 2015. Menurut laporan BfV, partai ini mempromosikan ideologi rasis dan anti-Muslim, serta mengusung definisi identitas nasional berdasarkan etnis dan keturunan, yang dianggap melanggar martabat manusia dan nilai-nilai demokrasi Jerman.
Dampak dan Tanggapan
Klasifikasi ini memungkinkan otoritas untuk melakukan pengawasan lebih ketat terhadap AfD, termasuk penggunaan informan dan penyadapan komunikasi. Langkah ini juga dapat mempengaruhi citra publik AfD, menghambat kemampuan mereka untuk menarik anggota baru, dan membahayakan pendanaan publik yang mereka terima.
Pemimpin AfD, Alice Weidel dan Tino Chrupalla, mengecam keputusan ini sebagai bermotif politik dan berjanji untuk menempuh jalur hukum. Mereka menilai langkah ini sebagai upaya untuk mendeligitimasi partai dan membungkam oposisi politik.
Reaksi Politik dan Internasional
Keputusan ini memicu perdebatan di kalangan politisi Jerman. Kanselir Olaf Scholz mengingatkan agar tidak terburu-buru dalam mempertimbangkan pelarangan AfD, menekankan perlunya evaluasi hukum yang hati-hati. Sementara itu, Kanselir terpilih Friedrich Merz menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan bekerja sama dengan AfD.
Di tingkat internasional, tokoh-tokoh seperti Wakil Presiden AS JD Vance dan Elon Musk sebelumnya telah menyatakan dukungan terhadap AfD, dengan alasan kekhawatiran atas pengecualian partai tersebut dari arus utama politik