Skip to content

SR

Berita Viral Terbaru 2025 Update selalu dan bisa melakukan comment atau tanya jawab kita pasti cari tau semuanya

Menu
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
Menu

Geger Satria Kumbara: Ini Kisah Tentara Bayaran Inggris Gurkha di RI

Posted on 31/07/2025

Di balik riuhnya sejarah kemerdekaan Indonesia, terselip satu kisah yang jarang terangkat ke permukaan: keterlibatan prajurit Gurkha—tentara bayaran yang dikenal setia dan mematikan, direkrut oleh Inggris—dalam pergolakan militer di tanah air. Kisah ini tak kalah dramatis dari epos pewayangan atau legenda Satria Kumbara: tentang keberanian, pengkhianatan, hingga pergulatan batin seorang prajurit asing di negeri yang sedang berjuang menentukan nasibnya sendiri.

Latar Belakang: Ketika Dunia Bergolak

Pasca-Perang Dunia II, kekuatan kolonial mulai goyah. Inggris, sebagai salah satu pemenang perang, mengemban misi “damai” untuk melucuti senjata tentara Jepang yang kalah. Tapi di Indonesia, situasinya jauh dari sekadar administratif. Di sini, para pemuda dan rakyat baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Dan Inggris—secara tidak langsung—datang sebagai perpanjangan tangan Belanda yang ingin kembali berkuasa.

Dalam konteks inilah, Inggris mengerahkan pasukan Gurkha dari Nepal, dikenal sebagai salah satu pasukan elit paling mematikan di dunia. Mereka bukan penjajah, bukan pula pahlawan Indonesia. Mereka sekadar prajurit profesional, bayaran, yang tidak tahu-menahu tentang aspirasi kemerdekaan bangsa yang tanahnya mereka injak.

Satria dari Himalaya di Bumi Nusantara

Banyak dari mereka masih muda—beberapa bahkan belum berumur 20 tahun—dan hanya tahu bahwa tugas mereka adalah menjaga stabilitas dan keamanan. Tapi di medan pertempuran seperti Surabaya, Medan, dan Ambarawa, mereka menemukan kenyataan yang lebih kompleks.

Beberapa prajurit Gurkha bahkan terlibat langsung dalam pertempuran sengit melawan para pejuang Republik. Namun seiring waktu, gesekan itu justru memunculkan simpati dari sebagian kecil mereka. Dikisahkan, seorang tentara Gurkha bernama “Subedar Major Lakshman Thapa” (nama samaran dari sumber lisan Jawa Tengah) menolak perintah untuk menyerang kelompok pejuang di Ambarawa setelah melihat perempuan dan anak-anak ikut mengangkat senjata dan memasak di garis belakang.

“Orang-orang ini bukan teroris. Mereka sedang berjuang seperti kami dahulu,” ujar Lakshman kepada atasannya, sebagaimana dikisahkan dalam catatan lisan penduduk sekitar.

Pengkhianat atau Pejuang?

Beberapa prajurit Gurkha bahkan memilih membelot. Mereka meninggalkan barak, membakar surat tugas, lalu menyatu dalam gerakan rakyat. Beberapa menjadi instruktur militer bagi laskar-laskar rakyat yang belum terlatih. Keahlian mereka dalam gerilya, penyamaran, dan bertempur di medan berat membuat mereka dihormati.

Namun pengkhianatan ini tidak tanpa konsekuensi. Di tahun 1947, Inggris meluncurkan operasi diam-diam untuk memburu para “Gurkha deserters”. Beberapa tertangkap, dieksekusi, dan nama mereka dihapus dari daftar resmi tentara. Sisanya menghilang dalam kabut sejarah.

Jejak yang Tersisa

Hingga kini, beberapa desa di Jawa Tengah dan Yogyakarta menyimpan cerita tentang “tentara asing berwajah Asia” yang hidup bersama penduduk lokal pasca-revolusi. Anak-cucu mereka konon masih ada, tak menyadari bahwa kakek mereka pernah menjadi bagian dari konflik global yang nyaris meluluhlantakkan negeri ini.

Peneliti dari Universitas Gadjah Mada pernah menyebut bahwa ada kemungkinan jejak DNA etnis Nepal di beberapa garis keturunan warga pedalaman Magelang dan Salatiga. Namun karena minimnya dokumen resmi dan sensitifnya isu kolonial, cerita-cerita ini lebih sering dianggap dongeng.

Lebih dari Sekadar Bayaran

Kisah para prajurit Gurkha ini menunjukkan bahwa dalam perang, identitas tak selalu hitam-putih. Ada manusia di balik seragam. Ada hati yang bisa berubah. Dan ada keberanian yang kadang tak tercatat dalam buku sejarah.

Seperti halnya Satria Kumbara, mereka datang dari negeri jauh, membawa takdir yang tak mereka pilih. Namun dalam perjalanannya, sebagian dari mereka justru menemukan makna baru tentang kemerdekaan, tentang harga sebuah tanah air, dan tentang menjadi manusia seutuhnya.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Geger Satria Kumbara: Ini Kisah Tentara Bayaran Inggris Gurkha di RI
  • Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina Kumpul di Kedubes AS Pagi Ini: Simbol Perlawanan dan Solidaritas Kemanusiaan
  • Dukung PPATK, Pemprov DKI Evaluasi Penerima Bansos yang Terlibat Judi Online
  • Reuni Jokowi: Pertemuan Penuh Makna dengan Jenderal Mulyono, Meski Kondisi Tak Prima
  • Tragedi di Jantung Hiburan: Mobil Hantam Kerumunan di Kelab Malam Hollywood, 30 Orang Luka-Luka dan 7 Kritis

Recent Comments

  1. AmandadrYcleb mengenai Fenomena “No Viral No Justice”

Archives

  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025

Categories

  • china
  • fashion
  • glodok plaza
  • hukum
  • jepang
  • kebakaran
  • korea
  • los angeles
  • makanan
  • petugas bandara
  • prabowo
  • Selebgram
  • sogok
  • tempat wisata
  • turis
  • Uncategorized
©2025 SR | Design: Newspaperly WordPress Theme