Jakarta – Isu pergantian dan penunjukan duta besar Indonesia kembali mengemuka di kalangan diplomatik. Salah satu nama yang santer disebut masuk dalam daftar calon duta besar adalah Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kementerian Luar Negeri, Abdul Kadir Jailani. Menanggapi kabar tersebut, pejabat senior Kemlu itu akhirnya buka suara.
Dalam pernyataan singkatnya kepada awak media usai menghadiri forum diplomasi di Jakarta, Abdul Kadir menyampaikan bahwa hingga saat ini proses penunjukan duta besar masih berada dalam tahap pembahasan internal pemerintah.
“Saya kira semua masih dalam proses. Belum ada yang final. Sebagai aparatur sipil negara, saya selalu siap ditugaskan di mana saja,” ujar Abdul Kadir dengan nada tenang, Jumat (5/7).
Nama Abdul Kadir memang bukan sosok baru dalam dunia diplomasi Indonesia. Ia dikenal luas di kalangan internasional sebagai diplomat berpengalaman, pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kanada serta menjadi perwakilan penting dalam berbagai forum PBB. Rekam jejaknya yang panjang dan reputasi yang baik membuat namanya kerap disebut sebagai kandidat kuat untuk menduduki pos strategis di luar negeri.
Namun demikian, ia enggan berspekulasi lebih jauh mengenai kemungkinan penunjukannya sebagai duta besar di negara tertentu. “Saya serahkan sepenuhnya pada mekanisme dan kebijakan Presiden,” katanya merujuk pada hak prerogatif kepala negara dalam menunjuk para duta besar.
Proses Penunjukan Dubes: Politik, Kompetensi, dan Dinamika Internal
Proses pengangkatan seorang duta besar bukan hanya soal kualifikasi teknis dan pengalaman, melainkan juga pertimbangan strategis negara. Dalam praktiknya, calon duta besar dapat berasal dari kalangan karier diplomat maupun non-karier seperti politisi, akademisi, atau tokoh publik tertentu.
Menurut sejumlah sumber di lingkungan Kementerian Luar Negeri yang enggan disebutkan namanya, proses penyaringan calon duta besar melibatkan berbagai kementerian/lembaga sebelum diajukan ke Presiden untuk disetujui dan disampaikan ke negara tujuan sebagai calon.
“Pak Abdul Kadir adalah salah satu nama yang kuat, tapi ada banyak faktor yang menentukan penunjukan. Bisa saja berubah di detik-detik terakhir,” ujar seorang pejabat senior di Kemlu.
Menanti Kepastian: Siapa Dapat Pos Strategis?
Munculnya nama-nama calon dubes memang rutin terjadi menjelang rotasi besar-besaran di jajaran perwakilan RI di luar negeri. Beberapa pos strategis seperti Washington DC, Beijing, London, dan Tokyo sering kali menjadi incaran, baik karena posisi politisnya maupun nilai tawarnya secara diplomatik.
Spekulasi tentang Abdul Kadir dikaitkan dengan sejumlah pos penting di kawasan Asia Timur atau Eropa Barat. Namun lagi-lagi, ia menegaskan tidak memiliki informasi pasti mengenai hal tersebut.
“Saya fokus menjalankan tugas saya sekarang. Apa pun keputusan nanti, saya akan jalankan sebaik mungkin,” tandasnya.