Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengeluarkan pembaruan imbauan perjalanan (travel advisory) bagi warganya yang hendak mengunjungi Indonesia. Dalam pembaruan tersebut, Departemen Luar Negeri AS secara khusus menyoroti wilayah Papua dan Papua Pegunungan sebagai area yang harus dihindari, dengan alasan meningkatnya risiko keamanan, termasuk kekerasan bersenjata dan ketidakstabilan politik.
Dalam pernyataan resminya, pemerintah AS menaikkan status peringatan untuk wilayah Papua ke Level 4—tingkat tertinggi dalam sistem travel advisory mereka—yang berarti “Do Not Travel” atau “Jangan Bepergian.”
“Kelompok bersenjata dan militan separatis masih aktif di sejumlah daerah Papua, dan telah terlibat dalam serangkaian serangan terhadap aparat keamanan maupun warga sipil,” tulis pernyataan tersebut.
Konflik Bersenjata dan Keamanan yang Memburuk
Peringatan ini muncul di tengah eskalasi konflik yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kelompok separatis bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah insiden penembakan dan penyanderaan dilaporkan terjadi di wilayah pedalaman, termasuk serangan terhadap tenaga kesehatan dan guru, yang mengguncang rasa aman masyarakat setempat.
Kasus penyanderaan pilot asing asal Selandia Baru yang hingga kini belum dibebaskan juga menjadi sorotan internasional dan diduga ikut menjadi dasar penguatan travel advisory dari Washington.
Respons Pemerintah Indonesia
Menanggapi pembaruan tersebut, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa Papua tetap merupakan bagian integral dari Indonesia dan pemerintah telah mengambil langkah-langkah serius untuk menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut. Meski demikian, Kemlu menghargai keputusan AS sebagai bagian dari kewajiban melindungi warganya.
“Kami memahami bahwa setiap negara memiliki kewajiban untuk melindungi warga negaranya. Namun, kami ingin menekankan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia tetap aman untuk dikunjungi,” ujar juru bicara Kemlu dalam keterangan pers di Jakarta.
Dampak terhadap Pariwisata dan Investasi
Walaupun Papua bukan destinasi wisata utama seperti Bali atau Yogyakarta, kawasan ini sesungguhnya memiliki potensi pariwisata yang besar, seperti Lembah Baliem, Raja Ampat (yang sebagian masuk Provinsi Papua Barat), dan Pegunungan Cyclops. Namun, meningkatnya travel advisory dari negara-negara Barat dapat memengaruhi persepsi global terhadap keamanan Indonesia secara keseluruhan.
Di sisi lain, pelaku usaha dan investor juga mencermati situasi ini dengan waspada. Beberapa perusahaan tambang dan energi yang beroperasi di Papua diketahui memperketat prosedur keamanan internal mereka.
Pengamat: Masalah Papua Butuh Pendekatan Lebih dari Sekadar Militer
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Dr. Yusran Anwar, menilai bahwa meningkatnya perhatian dunia terhadap Papua seharusnya menjadi refleksi bahwa pendekatan keamanan semata tidak cukup.
“Jika dunia mulai melihat Papua sebagai zona merah, itu bukan hanya soal separatisme, tapi juga soal bagaimana hak-hak warga Papua dilindungi dan suara mereka didengar,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa peringatan dari AS harus menjadi sinyal bagi Jakarta untuk mengevaluasi kembali pendekatan yang digunakan di wilayah tersebut.