Magelang — Akademi Militer (Akmil) di Kota Magelang, Jawa Tengah, tengah bersolek menyambut kedatangan dua tokoh besar: Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto. Kunjungan yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat ini dipandang sebagai momentum strategis dalam hubungan pertahanan Indonesia–Prancis sekaligus simbol penting bagi masa depan TNI.
Sejak awal pekan, aktivitas persiapan di kompleks Akmil meningkat tajam. Bendera-bendera Prancis dan Indonesia berkibar berdampingan di sepanjang jalan masuk. Pasukan pengawal berseragam lengkap menjalani gladi bersih. Sementara para taruna terlihat berbaris rapi, melatih formasi penghormatan dengan ketelitian yang nyaris militeristik—sebagaimana mestinya.
Lebih dari Sekadar Seremoni
Kunjungan Macron ke Akmil bukan sekadar lawatan kenegaraan biasa. Ini adalah kali pertama seorang presiden Prancis mengunjungi lembaga pendidikan militer tertinggi di Indonesia. Kehadiran Prabowo, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Akmil dan kini menyongsong masa kepemimpinan nasional, menambah dimensi simbolik pada momen ini.
“Ini bukan hanya tentang protokol. Ini tentang diplomasi strategis dan penghormatan terhadap sejarah militer kita,” ujar Kolonel (Purn.) Widodo Santoso, seorang pengamat militer yang juga alumni Akmil. “Macron datang bukan sebagai tamu, tetapi sebagai mitra pertahanan yang serius.”
Isyarat Kerja Sama Militer yang Menguat
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan pertahanan Indonesia dan Prancis mengalami penguatan yang signifikan. Kesepakatan pengadaan pesawat tempur Rafale, kerja sama teknologi alutsista, hingga wacana pengembangan latihan bersama menjadi landasan penting dari relasi kedua negara. Kunjungan Macron ke Akmil dipandang sebagai kelanjutan dari keseriusan kerja sama ini.
“Pemilihan Akmil sebagai lokasi kunjungan memperlihatkan bahwa Prancis ingin membangun hubungan dari akar: dari para perwira muda yang akan memimpin TNI di masa depan,” kata Dr. Febrina Anjani, pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia.
Prabowo dan Nostalgia di Tanah Magelang
Bagi Prabowo, Akmil bukan sekadar tempat upacara—ini adalah tanah yang membentuk jati dirinya sebagai perwira. Ia lulus dari Akademi Militer pada tahun 1974, dan pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus, serta memiliki perjalanan panjang dalam militer Indonesia.
“Prabowo bukan orang asing di Akmil. Ia kembali sebagai Presiden terpilih, dengan kenangan dan visi besar untuk reformasi pertahanan,” kata Letkol (Purn.) Dedi Harsono, mantan instruktur di Akmil.
Di kalangan taruna, kabar kunjungan ini menciptakan atmosfer penuh semangat dan rasa bangga. Banyak yang melihatnya sebagai momen langka, ketika seorang presiden Prancis dan Presiden RI berdiri bersama di jantung pendidikan militer nasional.
Persiapan Total, Pengamanan Ketat
Pihak TNI telah menyiapkan pengamanan berlapis. Tim gabungan TNI, Polri, hingga Paspampres dikerahkan untuk memastikan acara berjalan tanpa kendala. Kegiatan pelatihan rutin pun sebagian besar dialihkan untuk memberi ruang bagi persiapan teknis.
Namun, di balik sorotan protokoler, para taruna tetap menjalani rutinitas latihan fisik dan kedisiplinan harian. “Kami bangga bisa tampil di hadapan tokoh-tokoh besar dunia. Tapi lebih dari itu, ini tentang menunjukkan bahwa Akmil tetap menjadi kawah candradimuka perwira yang tangguh,” ujar Taruna Tingkat IV yang enggan disebut namanya.
Sebuah Titik Temu Sejarah dan Masa Depan
Kunjungan Macron dan Prabowo ke Akmil bukan hanya mencerminkan kerja sama antarnegara, tetapi juga menjadi titik temu antara sejarah dan masa depan militer Indonesia. Ini adalah panggung simbolik yang mempertemukan kenangan masa lalu dan harapan atas modernisasi pertahanan nasional.
Saat lonceng kehormatan dibunyikan dan parade militer digelar, dunia akan menyaksikan bahwa Magelang bukan hanya kota kecil di lereng Gunung Sumbing, tetapi juga titik penting dalam peta diplomasi pertahanan global.