Di tengah derasnya arus informasi di media sosial, kabar tak sedap kembali menimpa Presiden Joko Widodo. Sebuah isu liar menyebutkan bahwa kepala negara dalam kondisi kritis dan tengah dirawat intensif di rumah sakit. Informasi tersebut cepat menyebar di berbagai platform digital, menimbulkan kekhawatiran dan spekulasi liar di tengah masyarakat.
Namun, kabar tersebut segera dibantah dengan tegas oleh ajudan Presiden. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan kepada awak media, ajudan memastikan bahwa Presiden Jokowi dalam keadaan sehat dan tetap menjalankan aktivitas kenegaraan sebagaimana biasanya.
“Tidak benar Presiden dirawat di rumah sakit atau dalam kondisi kritis. Beliau saat ini dalam keadaan sehat walafiat dan menjalankan tugas-tugas negara secara normal,” ujar sang ajudan, Sabtu (29/6).
Lebih lanjut, ajudan menjelaskan bahwa Presiden tetap menjalani agenda harian seperti biasa, termasuk menerima tamu negara dan menggelar rapat-rapat penting di Istana. Bahkan, menurutnya, dalam beberapa hari terakhir Jokowi justru menunjukkan stamina yang prima di tengah padatnya agenda.
Isu Lama yang Kembali Berulang
Isu mengenai kesehatan Presiden bukan kali pertama muncul di ruang publik. Dalam beberapa tahun terakhir, narasi serupa kerap kali disebarkan menjelang momen-momen penting nasional, seperti Pemilu atau reshuffle kabinet. Menurut sejumlah pengamat, penyebaran kabar bohong semacam ini patut dicermati sebagai bagian dari upaya menciptakan kegaduhan politik.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Dr. Luthfi Harimurti, menyebutkan bahwa penyebaran hoaks tentang kondisi pemimpin kerap digunakan sebagai strategi melemahkan legitimasi pemerintahan.
“Hoaks soal kesehatan Presiden bisa berdampak besar, sebab masyarakat mudah terpengaruh oleh isu yang menyentuh aspek pribadi seperti kesehatan. Apalagi jika dikemas dengan narasi dramatis dan disebar oleh akun-akun anonim yang terkoordinasi,” ujarnya.
Masyarakat Diimbau Tak Terprovokasi
Menanggapi ramainya isu ini, pihak Istana mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang tidak bersumber dari kanal resmi. Pemerintah mengingatkan pentingnya verifikasi fakta sebelum menyebarluaskan informasi, terutama yang berkaitan dengan tokoh publik dan stabilitas negara.
“Jika masyarakat menemukan informasi mencurigakan, sebaiknya dicek dulu kebenarannya melalui sumber terpercaya. Jangan sampai kita ikut menjadi bagian dari penyebar kabar bohong,” ujar Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, dalam kesempatan terpisah.
Pihak Istana juga menegaskan bahwa bila sewaktu-waktu Presiden mengalami kondisi medis yang perlu diketahui publik, maka informasi tersebut akan disampaikan secara transparan melalui jalur resmi.