Skip to content

SR

Berita Viral Terbaru 2025 Update selalu dan bisa melakukan comment atau tanya jawab kita pasti cari tau semuanya

Menu
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
Menu

Sunyi di Antara Buku: Saat Anggota Yakuza Diciduk Polisi di Dekat Perpustakaan

Posted on 21/05/2025

Tokyo, Jepang – Suasana tenang di sekitar Perpustakaan Kota Nerima pada suatu sore musim semi mendadak berubah menjadi pusat perhatian. Bukan karena peluncuran buku baru atau kegiatan literasi, melainkan karena penangkapan yang tidak biasa: seorang anggota yakuza senior ditangkap oleh pihak kepolisian, hanya beberapa meter dari gedung yang identik dengan ketenangan dan ilmu pengetahuan itu.

Pria berusia 52 tahun itu, yang diidentifikasi sebagai Hideaki Tanaka, diketahui merupakan anggota dari salah satu faksi Yamaguchi-gumi, kelompok kriminal terorganisir terbesar di Jepang. Penangkapannya memicu gelombang keheranan di kalangan warga sekitar—bukan hanya karena siapa dia, tetapi karena tempat dia ‘mengantor’.

“Kantor” Tak Biasa di Dekat Buku dan Sunyi

Selama lebih dari tiga bulan, Tanaka disebut menjadikan sebuah ruangan kecil di sebuah bangunan tua, hanya beberapa langkah dari perpustakaan, sebagai tempat ia mengatur urusan kelompoknya. Dari luar, tempat itu tampak seperti ruang konsultasi pajak atau biro kecil penerjemah dokumen. Tidak ada papan nama mencolok, hanya sebuah stiker kecil bertuliskan “Private”.

Namun menurut penyelidikan polisi, ruangan tersebut digunakan Tanaka untuk melakukan pertemuan terbatas dengan anggotanya, menerima “laporan” mingguan, serta—yang paling ironis—mendistribusikan daftar tunggakan utang dari kegiatan rentenir.

Yang membuat kasus ini semakin menarik adalah kebiasaan unik Tanaka. Setiap pagi sebelum membuka ‘kantor’, ia terlihat duduk di bangku taman depan perpustakaan, membaca koran, dan kadang-kadang membuka buku—terutama novel detektif dan sejarah feodal Jepang. Ia bahkan sempat berbincang dengan beberapa mahasiswa dan petugas perpustakaan tentang buku-buku favoritnya.

Seorang pustakawan yang tak ingin disebutkan namanya mengungkapkan, “Kami sempat mengira dia pensiunan guru. Gayanya tenang, sopan, bahkan pernah membantu seorang anak kecil yang kehilangan dompet. Tak ada yang menyangka siapa dia sebenarnya.”

Penangkapan yang Nyaris Seperti Sandiwara

Operasi penangkapan dilakukan tanpa kekerasan. Polisi berpakaian sipil yang telah membuntuti Tanaka selama beberapa minggu akhirnya mengepung kantor mungilnya ketika ia tengah sendirian di dalam. Saksi mata mengatakan, Tanaka sempat mengangguk tenang sebelum diborgol, seolah ia sudah tahu waktunya telah tiba.

“Saat dibawa keluar, dia hanya berkata: ‘Bahkan samurai tahu kapan harus mengundurkan diri,’” ungkap seorang penyelidik yang terlibat dalam penangkapan itu.

Dari hasil penggeledahan, polisi menemukan dokumen transaksi ilegal, catatan peminjaman uang dengan bunga mencekik, serta beberapa senjata tajam tradisional—termasuk tantō, pisau pendek khas Jepang yang sering diasosiasikan dengan yakuza. Anehnya, juga ditemukan koleksi buku langka tentang sejarah klan Tokugawa dan volume lengkap karya Yukio Mishima.

Simbol Lama dalam Dunia Baru

Penangkapan Tanaka menyibakkan fenomena menarik: bagaimana kelompok yakuza mencoba menyamarkan diri di tengah modernisasi dan pengawasan ketat. Jika dulu mereka menguasai distrik hiburan dan pelabuhan, kini banyak dari mereka ‘mengantor’ di lokasi-lokasi tak terduga—mulai dari salon kecantikan, rumah terapi alternatif, hingga, seperti kasus Tanaka, dekat perpustakaan.

Profesor Hiroshi Sakamoto, ahli kriminologi dari Universitas Waseda, mengatakan bahwa strategi ini adalah bagian dari “kamuflase sosial” yang semakin sering dilakukan kelompok kriminal untuk menghindari pengawasan.

“Perpustakaan adalah tempat yang tidak dicurigai. Sunyi, steril, dan dihormati. Dengan menempatkan diri di sekitar tempat seperti itu, mereka menyisipkan diri dalam ketenangan publik, bahkan membentuk citra yang jauh dari stigma,” jelas Sakamoto.

Epilog Sunyi di Balik Jeruji

Kini Tanaka ditahan dan menghadapi dakwaan berlapis, termasuk kepemilikan senjata ilegal dan keterlibatan dalam praktik lintah darat. Sementara kantor kecilnya telah disegel, dan perpustakaan di dekatnya kembali sunyi seperti biasa. Namun para staf kini mengenang pria berkemeja linen abu-abu yang setiap pagi membaca buku tentang samurai, dengan rasa campur aduk.

Seorang mahasiswa, yang sempat berdiskusi soal novel Ryōtarō Shiba dengan Tanaka, hanya berkata singkat saat ditanya: “Saya pikir dia hanya pria kesepian yang mencintai sejarah. Saya tidak tahu dia sedang menulis sejarah kriminalnya sendiri.”

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Netanyahu-Trump Mau Usir Warga Gaza? Klaim Ada Negara Siap Tampung Tuai Kontroversi
  • Viral Tikungan Flyover 90 Derajat di India, 7 Teknisi Diperiksa: Infrastruktur atau Kesalahan Fatal?
  • Banjir Bandang Terjang Texas: 13 Orang Ditemukan Tewas, 23 Masih Hilang
  • Pengacara Keluarga Juliana Marins Ancam Tuntut Pemerintah RI ke Jalur Hukum Internasional
  • Hari Ini, 39 Tahun Lalu: Prototipe Jet Tempur Rafale Terbang Perdana dengan Mesin General Electric

Recent Comments

  1. AmandadrYcleb mengenai Fenomena “No Viral No Justice”

Archives

  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025

Categories

  • china
  • fashion
  • glodok plaza
  • hukum
  • jepang
  • kebakaran
  • korea
  • los angeles
  • makanan
  • petugas bandara
  • prabowo
  • Selebgram
  • sogok
  • tempat wisata
  • turis
  • Uncategorized
©2025 SR | Design: Newspaperly WordPress Theme