Serangan teroris yang terjadi pada 22 April 2025 di kawasan wisata Baisaran, Pahalgam, Jammu dan Kashmir, telah mengguncang hubungan yang rapuh antara India dan Pakistan. Serangan brutal tersebut menewaskan 26 wisatawan, sebagian besar dari mereka adalah warga Hindu, dan melukai 20 lainnya. Pelaku yang bersenjata api menyerang secara acak, menargetkan wisatawan berdasarkan identitas agama mereka. Kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang diduga memiliki kaitan dengan Lashkar-e-Taiba (LeT), awalnya mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun kemudian menarik klaim tersebut.
Respons India: Operasi Sindoor dan Eskalasi Militer
Sebagai tanggapan, India meluncurkan Operasi Sindoor, sebuah operasi militer terbatas namun strategis yang berlangsung selama 88 jam. Operasi ini menargetkan infrastruktur militan di wilayah Pakistan, termasuk pusat pelatihan dan fasilitas logistik. India juga menangguhkan Perjanjian Air Indus, menutup perbatasan, dan mengusir diplomat Pakistan sebagai bentuk tekanan diplomatik.
Dampak Kemanusiaan dan Ketegangan Regional
Konflik ini menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak, dengan puluhan warga sipil tewas dan ribuan lainnya mengungsi dari daerah perbatasan. Meskipun gencatan senjata berhasil dicapai dengan mediasi Amerika Serikat, ketegangan tetap tinggi. Warga di wilayah perbatasan hidup dalam ketakutan akan kemungkinan eskalasi lebih lanjut.
Reaksi Internasional dan Upaya Mediasi
Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, Iran, dan Arab Saudi, menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan menyelesaikan konflik melalui dialog. Dewan Keamanan PBB juga mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi tersebut.