Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap isu kesetaraan gender dalam pertemuan G20 yang digelar pekan ini. Dalam forum internasional tersebut, delegasi RI menyoroti bahwa tingkat kesetaraan gender global baru berada di angka 68,5 persen—sebuah capaian yang dinilai masih jauh dari ideal di tengah perubahan ekonomi dan sosial dunia saat ini.
Perwakilan Indonesia menekankan bahwa kesenjangan gender tetap menjadi hambatan nyata bagi pertumbuhan ekonomi dan inklusivitas. Di saat negara-negara berlomba mengejar transformasi digital dan ekonomi hijau, perempuan masih menghadapi hambatan dalam akses pendidikan, lapangan kerja, hingga posisi kepemimpinan.
Dalam pidatonya, delegasi Indonesia menyebut bahwa dunia tidak akan benar-benar pulih dan berkembang jika setengah dari populasi global tidak memperoleh kesempatan yang setara. “Pertumbuhan yang berkelanjutan harus bersifat inklusif. Tanpa kesetaraan gender, laju pembangunan hanya akan tersendat,” ujarnya di hadapan para pemimpin G20.
Indonesia juga menyoroti adanya tren positif, namun lambat. Sejumlah negara memang mencatat peningkatan partisipasi perempuan di sektor ekonomi, tetapi laju pertumbuhannya tidak cukup cepat untuk mengejar target global. Situasi semakin menantang di negara-negara berkembang, di mana akses perempuan terhadap teknologi, pembiayaan, dan pelatihan kerja masih sangat terbatas.
Di luar isu ekonomi, delegasi RI turut menekankan pentingnya perlindungan perempuan dalam menghadapi ancaman dunia modern, termasuk kekerasan berbasis gender dan diskriminasi di ruang digital. Dengan cepatnya perkembangan kecerdasan buatan dan platform daring, risiko penyalahgunaan teknologi juga perlu diantisipasi.
Beberapa anggota G20 menyampaikan dukungan atas pandangan Indonesia. Mereka sepakat bahwa kolaborasi global sangat dibutuhkan, termasuk melalui pendanaan yang lebih kuat untuk program pemberdayaan perempuan, perluasan akses pendidikan, dan kebijakan yang mendorong perusahaan memberikan ruang lebih besar bagi talenta perempuan.
Bagi Indonesia, kesetaraan gender bukan sekadar komitmen global, tetapi kebutuhan mendasar untuk menciptakan daya saing yang sehat di tengah perubahan geopolitik dunia. Forum G20 kali ini menjadi momentum bagi RI untuk mendorong dunia bergerak lebih cepat, meninggalkan angka 68,5 persen, dan mewujudkan masyarakat yang setara dan berkeadilan.