Pada 10 Oktober 2025, Gedung Putih menyatakan kekecewaannya atas keputusan Komite Nobel Norwegia yang memberikan Hadiah Perdamaian 2025 kepada pemimpin oposisi Venezuela, María Corina Machado, alih-alih kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. Juru bicara Gedung Putih, Steven Cheung, dalam sebuah pernyataan menekankan bahwa “Komite Nobel telah membuktikan mereka lebih mengutamakan politik daripada perdamaian.” Pernyataan ini mencerminkan ketidakpuasan atas keputusan yang dianggap tidak objektif.
Trump, yang selama ini aktif mengkampanyekan pencalonannya untuk Nobel Perdamaian, merasa kontribusinya dalam diplomasi internasional, termasuk peranannya dalam mengakhiri konflik di Gaza dan upayanya dalam menyelesaikan perang Ukraina-Rusia, layak mendapatkan pengakuan tersebut. Meskipun demikian, Komite Nobel menilai bahwa penghargaan tersebut lebih tepat diberikan kepada Machado, yang dianggap sebagai simbol perjuangan demokrasi di Venezuela.
Dalam tanggapannya, Trump menyatakan bahwa meskipun ia tidak menerima penghargaan tersebut, ia tetap akan melanjutkan upayanya dalam menciptakan perdamaian dunia. Ia juga menyebutkan bahwa Machado telah menghubunginya dan menyatakan bahwa penghargaan tersebut didedikasikan untuknya, sebagai bentuk pengakuan atas dukungannya terhadap perjuangan demokrasi di Venezuela.
Keputusan Komite Nobel ini memicu perdebatan internasional mengenai kriteria pemilihan penerima Hadiah Perdamaian. Beberapa pihak menilai bahwa keputusan tersebut mencerminkan bias politik, sementara yang lain berpendapat bahwa penghargaan tersebut seharusnya diberikan kepada individu yang secara konsisten memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan perdamaian.
Dalam konteks ini, penting untuk mempertimbangkan bahwa penghargaan seperti Nobel Perdamaian tidak hanya didasarkan pada pencapaian individu, tetapi juga pada dampak jangka panjang dari tindakan tersebut terhadap perdamaian dan stabilitas global. Oleh karena itu, meskipun Trump memiliki rekam jejak dalam diplomasi internasional, keputusan Komite Nobel untuk memberikan penghargaan kepada Machado mencerminkan penilaian terhadap kontribusinya dalam memperjuangkan demokrasi di negaranya.
Peristiwa ini juga menyoroti dinamika politik internasional yang kompleks, di mana keputusan-keputusan penting sering kali dipengaruhi oleh pertimbangan strategis dan hubungan antarnegara. Ke depan, diharapkan akan ada evaluasi yang lebih objektif dan transparan dalam proses pemilihan penerima Hadiah Perdamaian, agar penghargaan tersebut benar-benar mencerminkan nilai-nilai universal perdamaian dan keadilan.