Brussels/Frankfurt – Sejumlah bandara besar di Eropa dilaporkan lumpuh setelah mengalami serangan siber terkoordinasi pada akhir pekan ini. Sistem layanan penumpang, termasuk check-in, bagasi, dan jadwal penerbangan, terganggu parah hingga memaksa maskapai membatalkan ratusan penerbangan. Ribuan penumpang pun terlantar di terminal tanpa kepastian waktu keberangkatan.
Sistem Bandara Lumpuh
Insiden pertama kali terdeteksi di Bandara Frankfurt, Jerman, sebelum kemudian menyebar ke Schiphol Amsterdam, Brussels Airport, dan beberapa bandara di Prancis serta Italia. Layar informasi digital mendadak padam, sementara sistem tiket tidak dapat diakses baik melalui konter maupun aplikasi daring.
“Semua sistem seakan membeku dalam satu waktu. Kami terpaksa kembali ke metode manual, tetapi antrean langsung menumpuk hingga ratusan meter,” ujar seorang staf bandara di Frankfurt.
Penumpang Terlantar
Suasana kacau tampak jelas di terminal. Banyak penumpang yang tidur di lantai atau kursi tunggu setelah jadwal penerbangan mereka ditunda tanpa batas waktu. Di Schiphol, Belanda, beberapa keluarga bahkan mengaku sudah menunggu lebih dari sepuluh jam.
“Anak-anak saya lelah dan kami tidak tahu kapan bisa terbang. Tidak ada informasi jelas,” keluh seorang penumpang asal Spanyol yang hendak menuju Amerika Serikat.
Maskapai besar seperti Lufthansa, KLM, dan Air France mengonfirmasi adanya pembatalan serta penundaan penerbangan. Mereka menyatakan tengah bekerja sama dengan otoritas bandara untuk memulihkan sistem secepat mungkin.
Dugaan Serangan Terencana
Hingga kini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, sejumlah pakar keamanan siber menilai insiden ini memiliki pola serangan ransomware yang terkoordinasi, di mana peretas mencoba melumpuhkan sistem vital untuk menuntut tebusan besar.
“Jika benar ini ransomware, maka serangan ke infrastruktur transportasi internasional menandai eskalasi berbahaya. Dampaknya bukan hanya ekonomi, tapi juga stabilitas keamanan regional,” kata Klaus Neumann, pakar keamanan siber Jerman.
Respon Internasional
Europol bersama otoritas keamanan dari negara-negara terdampak langsung membentuk tim investigasi gabungan. Uni Eropa menyebut serangan ini sebagai “ancaman serius terhadap keamanan digital benua.”
Sementara itu, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan kerugian akibat gangguan operasional bandara ini bisa mencapai puluhan juta euro per hari, termasuk kompensasi kepada penumpang serta biaya tambahan maskapai.
Ancaman Baru bagi Dunia Penerbangan
Serangan ini menambah daftar panjang kerentanan industri penerbangan terhadap ancaman siber. Selama ini, bandara lebih sering fokus pada keamanan fisik dan ancaman teror, sementara sisi digital masih dianggap lapisan sekunder.
“Serangan ini membuka mata bahwa bandara modern bukan hanya rentan terhadap bom, tapi juga kode komputer berbahaya,” ujar analis penerbangan dari London School of Economics.
Pemulihan Masih Berjalan
Hingga Minggu pagi, sebagian bandara mulai mengoperasikan kembali sistem secara bertahap, meski dengan kapasitas terbatas. Penumpang masih diimbau untuk datang lebih awal dan menyiapkan dokumen perjalanan secara manual.
Dengan adanya insiden ini, Eropa kini diingatkan bahwa perang modern tidak selalu terdengar melalui dentuman senjata, melainkan juga bisa hadir dalam bentuk serangan digital yang melumpuhkan roda kehidupan sehari-hari.