Momen Aksi “We Are All D.C.”
Pada Sabtu, 6 September 2025, ribuan warga Washington, D.C. turun ke jalan dalam aksi damai berlabel “We Are All D.C.”. Mereka terdiri dari imigran tanpa dokumen, aktivis pro-Palestina, serta kelompok sipil lainnya yang menyuarakan penolakan terhadap penempatan pasukan Garda Nasional dan penegak hukum federal di kota mereka
Para demonstran membawa poster bertuliskan “Trump must go now,” “Free DC,” dan “Resist Tyranny.” Salah seorang orator, Alex Laufer, menyuarakan, “I’m here to protest the occupation of D.C. We’re opposing the authoritarian regime, and we need to get the federal police and the National Guard off our streets.” AP NewsReuters.
Latar: Merespons Intervensi Federal
Pada akhir Juli hingga Agustus, Presiden Trump menguasai kontrol atas Departemen Kepolisian Metropolitan (MPD) Washington, D.C., menggunakan klausul darurat dari District of Columbia Home Rule Act—keputusan pertama semacam itu dalam sejarah Wikipedia+1. Selama hampir sebulan, lebih dari 2.000 personel Garda Nasional dari berbagai negara bagian telah menyebar di pusat kota, khususnya kawasan wisata, bukan daerah berkategori rawan kejahatan ReutersWikipedia.
Trump berdalih langkah ini dilakukan untuk menegakkan “ketertiban dan keselamatan publik,” meskipun data menunjukkan tingkat kejahatan kekerasan di ibukota justru berada pada titik terendah dalam 30 tahun terakhir ReutersAP NewsWikipedia+1.
Tanggapan Hukum dan Publik
Jaksa Agung Washington, Brian Schwalb, langsung menggugat kebijakan itu, menilai penempatan pasukan dan kontrol federal terhadap kepolisian kota melanggar konstitusi dan Undang-Undang Home Rule sendiri ReutersWikipedia.
Di sisi lain, beberapa warga menyatakan dukungan atas langkah ini, terutama di wilayah kota yang dianggap masih rawan, meski Garda Nasional lebih banyak muncul di daerah wisata dan pusat kota WikipediaReuters.
Walikota Muriel Bowser mengaku melihat penurunan tajam dalam kejahatan seperti pencurian mobil, dan telah mengeluarkan perintah agar pemerintah kota berkoordinasi dengan otoritas federal ReutersWikipedia.
Suara Rakyat: Refleksi Ketakutan Demokrasi
Tokoh-tokoh lokal dan warga skeptis bahwa langkah ini merupakan sinyal kemunduran demokrasi, mirip model pemerintahan otoriter, terutama di kota tanpa suara perwakilan di Kongres AP NewsThe Washington Post. Seorang pengamat memberikan analisis kritis:
“The presence of armed military officers in the streets has put Washington on edge and spurred weeks of demonstrations…” ABC News
Aksi meluas tak hanya berupa unjuk rasa besar, melainkan juga protes kreatif dan personal—dari aktivisme media sosial, dentuman panci malam-malam, hingga seni jalanan—sementara pejabat agama dan komunitas sipil menyerukan perlawanan damai terhadap apa yang mereka anggap sebagai kebijakan represif The Washington Post.
Ringkasan Inti
Aspek | Kerangka Singkat |
---|---|
Aksi massal | Ribuan warga menggelar march “We Are All D.C.”, menuntut mundurnya pasukan federal. |
Alasan Penempatan | Trump menyatakan langkah ini demi keamanan publik, meski kejahatan kekerasan tercatat rendah. |
Tanggapan Pemerintah Kota | Walikota Bowser mendukung pengawasan federal sementara, tapi berharap program ini segera berakhir. |
Langkah Hukum | Jaksa Agung D.C. mengambil jalur hukum, mempertanyakan legitimasi intervensi federal. |
Resistensi Sosial | Protes semakin kreatif, dengan seni, sosial media, dan bentuk perlawanan lokal lain. |
Ingin saya kembangkan lebih lanjut dengan menelusuri sejarah regulasi Home Rule Act atau membandingkannya dengan intervensi federal di masa lalu? Saya siap bantu menyajikannya dengan gaya yang tetap hidup dan orisinal.