Sejak konflik Rusia–Ukraina berkecamuk, Amerika Serikat—di bawah Presiden Donald Trump—mengeluarkan tekanan diplomatik dan ancaman ekonomi terhadap negara-negara mitra Rusia. Namun langkah tersebut tak membuat India bergeser dari strategi energinya.
🛢️ Pembelian Minyak: Antara Kepentingan Strategis dan Pasar
India telah menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia secara dunia sejak tahun 2023. Pangsa pasokan Rusia pernah mencapai sekitar 40% dari total kebutuhan minyak India, atau sekitar 2,15 juta barel per hari, setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 AP News+12AP News+12CNN Indonesia+12. Pada semester pertama 2025, Rusia tetap menjadi pemasok utama dengan kontribusi sekitar 35% dari total impor minyak India Reuters+1.
Trump: Sanksi dan Tarif 25% Sebagai Ancaman
Pada pertengahan Juli 2025, Trump memperingatkan akan menjatuhkan tarif 100% kepada negara-negara yang membeli minyak Rusia tanpa konsesi besar dari Moskow dalam konflik Ukraina Financial Times+14Reuters+14Reuters+14. Bahkan pada 1 Agustus 2025, Trump mengumumkan tarif ekonomi sebesar 25% terhadap barang impor dari India, sekaligus memberikan peringatan tambahan atas pembelian minyak dan persenjataan dari Rusia Reuters+2The Economic Times+2.
India Teguh pada Kebijakan Energi Mandiri
Pemerintah India menegaskan tidak ada perubahan kebijakan terhadap impor minyak Rusia. Pembeliannya masih berdasarkan kontrak jangka panjang dan ketersediaan di pasar global, bukan tekanan eksternal CNN Indonesia+2CNN Indonesia+2. Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, menegaskan bahwa hubungan dengan Rusia merupakan “time‑tested partnership” yang tak bisa ditafsirkan melalui lensa kebijakan pihak ketiga The Indian Express+3AP News+3Reuters+3.
Penyesuaian Pasar oleh Kilang Milik Pemerintah
Namun, sejumlah kilang pemerintah India secara bertahap menunda pembelian minyak Rusia pada akhir Juli 2025. Penyebabnya bukan tekanan politik, melainkan merosotnya diskon harga minyak Rusia yang sebelumnya sangat menarik. Kilang swasta seperti Reliance dan Nayara Energy tetap mengimpor—terutama melalui kontrak jangka panjang—meskipun pemerintah India tidak memerintahkan pengurangan secara resmi Reuters.
Reaksi Politik dan Diplomatik
Pengumuman Trump tentang tarif dan penalti mendadak menimbulkan kecaman di Negeri Bollywood. Presiden Trump bahkan menyebut ekonomi India dan Rusia sebagai “dead economies,” yang memicu kemarahan diplomatik dari kedua negara The Times. Pemerintah India menanggapi dengan menegaskan bahwa pilihan negara ini dibentuk atas prinsip kedaulatan dan pragmatisme terhadap kebutuhan energi nasional.
—
Dalam Sorot Utama
Poin Utama | Ringkasan |
---|---|
Ketergantungan | Rusia menyumbang ~35–40% pasokan minyak India. |
Ancaman AS | Trump mengancam tarif penalti hingga 100%, lalu 25% pada impor India. |
Sikap India | Tetap melanjutkan pembelian karena kontrak jangka panjang dan kepentingan strategis. |
Kilang Pemerintah | Menahan sementara pembelian karena diskon menyempit, bukan atas arahan politik. |
Isu Diplomatik | Hubungan AS–India memanas akibat tarif dan kritik Trump terhadap ekonomi India. |