Skip to content

SR

Berita Viral Terbaru 2025 Update selalu dan bisa melakukan comment atau tanya jawab kita pasti cari tau semuanya

Menu
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
Menu

Erdogan–Netanyahu: Dua Kutub yang Menyeret Timur Tengah dan Dunia ke Jurang Bencana

Posted on 27/06/2025

Di tengah bara konflik yang tak kunjung padam di Timur Tengah, dua tokoh kuat kembali mencuri perhatian dunia: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Keduanya berdiri di dua kutub berbeda, namun sama-sama memainkan peran signifikan dalam mengobarkan tensi geopolitik yang meluas hingga ke luar kawasan. Bukan sekadar retorika diplomatik, perseteruan Erdogan dan Netanyahu mulai menyeret Timur Tengah, bahkan dunia internasional, menuju kemungkinan krisis global berskala besar.

Erdogan: Panggung Politik dan Ambisi Kekhalifahan Modern

Recep Tayyip Erdogan bukan hanya sekadar pemimpin nasional. Ia telah mengukir citra sebagai penjaga umat Muslim di mata publik dunia Islam. Sejak awal konflik Gaza kembali membara pada Oktober 2023, Erdogan tak henti-hentinya melontarkan kecaman keras terhadap Israel. Bahkan, Turki memutuskan hubungan dagang dan diplomatik secara sepihak dengan Tel Aviv—sebuah langkah drastis yang mengguncang pasar regional.

Namun, di balik retorika solidaritas terhadap Palestina, terselip ambisi geopolitik yang lebih besar. Erdogan berusaha mengembalikan pengaruh Turki di kawasan Timur Tengah yang selama ini dikuasai oleh poros Arab Teluk dan Iran. Dengan mengangkat isu Palestina secara agresif, Erdogan berupaya membangun posisi sebagai pemimpin moral dunia Islam, sekaligus menyaingi dominasi negara-negara Arab yang mulai melunak terhadap Israel pasca Abraham Accords.

Netanyahu: Politik Bertahan Hidup dengan Harga Perdamaian

Sementara itu, Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan dalam negeri yang tak kalah berat. Koalisi pemerintahan sayap kanan ekstrem yang dipimpinnya terus mendorong eskalasi militer di Gaza dan Tepi Barat, di tengah kecaman internasional atas jatuhnya korban sipil. Netanyahu, yang selama bertahun-tahun menjadi wajah konservatisme Israel, justru memanfaatkan krisis sebagai alat konsolidasi kekuasaan.

Retorika perang dan langkah-langkah represif terhadap Palestina—termasuk pemboman wilayah sipil dan blokade kemanusiaan—bukan semata tindakan defensif. Di mata pengamat, itu adalah taktik politik untuk mempertahankan kekuasaan di tengah ancaman hukum dan protes domestik. Namun, strategi ini berisiko tinggi. Semakin besar korban sipil, semakin besar pula reaksi dunia—dan semakin mudah pula Erdogan menggalang opini anti-Israel di dunia Muslim.

Pertarungan Dua Narasi: Religiusitas vs Realpolitik

Konflik antara Erdogan dan Netanyahu bukan hanya soal wilayah atau aliansi politik, melainkan perang narasi antara religiusitas dan realpolitik. Erdogan mengusung wacana moral dan solidaritas Islam, sementara Netanyahu memanfaatkan keamanan nasional sebagai dalih untuk membenarkan langkah militer.

Yang menjadikan pertarungan ini berbahaya adalah dampaknya terhadap negara-negara lain. Iran, Hizbullah, dan kelompok perlawanan di Irak dan Yaman mulai menggeliat. Sementara Amerika Serikat dan sekutunya makin terjepit di antara tekanan domestik dan kepentingan geopolitik. Rusia dan Tiongkok pun tak tinggal diam—keduanya melihat peluang untuk memperluas pengaruh di kawasan dengan menyasar celah kelemahan Barat.

Bencana yang Mulai Terlihat di Horison

Ketegangan antara Erdogan dan Netanyahu tak lagi berada pada level retorik. Serangan drone, sabotase fasilitas militer, gangguan rantai pasokan energi, hingga perang siber mulai menjadi gejala awal dari konflik multinasional yang bisa saja pecah kapan pun. Dunia menyaksikan dengan cemas bagaimana dua pemimpin yang keras kepala dan penuh ambisi ini mulai menarik benang konflik ke medan yang lebih luas.

Dengan Turki yang semakin agresif secara militer dan diplomatik, serta Israel yang menolak kompromi apapun terkait Palestina, benih konfrontasi terbuka bukan lagi spekulasi—melainkan ancaman nyata. Jika tidak segera diredam, gesekan ini dapat memantik perang regional yang menyeret kekuatan global masuk ke dalamnya. Dan bila itu terjadi, bukan hanya Timur Tengah yang terbakar, melainkan kestabilan dunia secara keseluruhan.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Erdogan–Netanyahu: Dua Kutub yang Menyeret Timur Tengah dan Dunia ke Jurang Bencana
  • Tiga Situs Nuklir Iran yang Diklaim Jadi Target Serangan AS: Pusat Strategis di Ambang Krisis
  • Trump Ancam Iran: Jika Balas Serangan AS, Akan Ada Tragedi Lebih Besar
  • Pramono Pamer Capaian Kerja di HUT ke-498 DKI Jakarta: Refleksi Pembangunan dan Janji Masa Depan
  • Pakistan Nominasikan Donald Trump untuk Nobel Perdamaian: Ini Alasannya

Recent Comments

  1. AmandadrYcleb mengenai Fenomena “No Viral No Justice”

Archives

  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025

Categories

  • china
  • fashion
  • glodok plaza
  • hukum
  • jepang
  • kebakaran
  • korea
  • los angeles
  • makanan
  • petugas bandara
  • prabowo
  • Selebgram
  • sogok
  • tempat wisata
  • turis
  • Uncategorized
©2025 SR | Design: Newspaperly WordPress Theme