Ketegangan antara Israel dan Iran kembali mencapai titik didih. Dalam perkembangan terbaru yang mengguncang geopolitik kawasan Timur Tengah, Inggris secara resmi mengumumkan pengerahan jet tempur ke wilayah tersebut sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan eskalasi militer yang lebih luas. Langkah ini menandai meningkatnya kekhawatiran global terhadap potensi pecahnya perang terbuka antara dua kekuatan regional yang telah lama berseteru.
Latar Belakang Ketegangan
Permusuhan antara Israel dan Iran bukan hal baru. Keduanya telah terlibat dalam “perang bayangan” selama bertahun-tahun—melalui serangan siber, operasi intelijen, dan serangan udara terhadap milisi pro-Iran di Suriah. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, serangkaian peristiwa memperburuk situasi.
Israel dituduh melakukan serangan udara terhadap fasilitas militer Iran dan pos milisi di Suriah, serta menghantam konvoi senjata yang diduga akan dikirim ke Hizbullah di Lebanon. Sebagai balasan, Iran memperkeras retorika dan mengancam akan membalas secara langsung. Saling ancam ini kemudian berubah menjadi aksi nyata ketika rudal-rudal dilaporkan melintas di wilayah perbatasan, mengarah pada skenario yang jauh lebih serius.
Langkah Inggris: Jet Tempur Dikerahkan
Pemerintah Inggris, melalui pernyataan resmi Kementerian Pertahanannya, menyatakan telah mengerahkan skuadron jet tempur Eurofighter Typhoon ke pangkalan militer di Timur Tengah. Pengerahan ini disebut sebagai langkah preventif untuk “menjaga stabilitas regional dan melindungi kepentingan strategis Inggris serta sekutunya.”
Pihak militer Inggris juga menegaskan bahwa pasukan dan aset udara yang dikerahkan siap untuk mendukung operasi pengintaian, patroli udara, maupun misi pertahanan udara jika dibutuhkan. Keputusan ini memperlihatkan betapa seriusnya Inggris memandang potensi konflik yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Respon Dunia Internasional
Langkah Inggris segera disusul oleh peningkatan kewaspadaan militer dari negara-negara sekutu NATO lainnya. Amerika Serikat, yang selama ini menjadi sekutu utama Israel, memperkuat kehadiran militernya di kawasan Teluk. Sementara itu, Uni Eropa menyerukan agar semua pihak menahan diri dan membuka jalur diplomasi untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih besar.
China dan Rusia, yang dikenal dekat dengan Iran, mengeluarkan pernyataan keras mengkritik “provokasi militer yang berlebihan” dan menyerukan solusi damai melalui PBB. Namun, hingga kini, Dewan Keamanan PBB masih kesulitan mencapai resolusi yang disepakati semua pihak karena perbedaan kepentingan geopolitik yang tajam.
Ancaman Perang Regional
Eskalasi konflik ini membawa kekhawatiran bahwa perang antara Israel dan Iran dapat menyebar menjadi konflik regional yang melibatkan banyak negara. Iran memiliki jaringan aliansi militer tidak resmi di wilayah tersebut, termasuk milisi Houthi di Yaman, milisi Syiah di Irak, dan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Israel sendiri telah meningkatkan sistem pertahanan udara Iron Dome dan mengumumkan kesiapan pasukan cadangan. Perdana Menteri Israel menyebut kondisi saat ini sebagai “masa kritis” bagi keamanan nasional negaranya dan menegaskan bahwa Israel tidak akan ragu mengambil tindakan militer bila keselamatannya terancam.