Istanbul, 8 Juni 2025 — Sebuah kapal bantuan kemanusiaan bernama Greta Thunberg tetap berlayar menuju Jalur Gaza, meskipun mendapat ancaman tegas dari otoritas militer Israel. Kapal tersebut merupakan bagian dari armada solidaritas yang membawa persediaan medis, makanan, dan perlengkapan darurat untuk warga Palestina yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan akibat blokade yang diperketat dalam beberapa bulan terakhir.
Armada itu berangkat dari sebuah pelabuhan di Turki, mengibarkan bendera sipil dan membawa puluhan aktivis kemanusiaan dari berbagai negara. Nama kapal tersebut diambil dari aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, sebagai simbol perlawanan damai terhadap ketidakadilan global. Meskipun Thunberg sendiri tidak ikut serta dalam pelayaran ini, penyelenggara mengatakan bahwa nama itu dipilih karena merepresentasikan semangat perlawanan sipil yang berlandaskan moral dan kemanusiaan.
“Kami tidak membawa senjata. Yang kami bawa adalah harapan dan pertolongan untuk mereka yang terjebak di Gaza,” ujar Amal Jaziri, seorang aktivis asal Prancis yang ikut serta dalam misi ini, melalui sambungan satelit. “Ancaman tidak akan menghentikan kami. Dunia harus melihat apa yang terjadi di sana.”
Militer Israel sebelumnya telah mengeluarkan peringatan keras agar kapal tidak mendekati perairan Gaza, dengan alasan keamanan nasional dan dugaan adanya kemungkinan penyelundupan senjata. Namun, penyelenggara menepis tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa semua kargo telah diperiksa secara independen sebelum keberangkatan.
“Jika mereka menyerang kapal ini, itu adalah serangan terhadap misi kemanusiaan,” kata Jaziri.
Situasi di Gaza semakin memburuk sejak meningkatnya serangan udara beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap kebutuhan dasar. Menurut laporan PBB, lebih dari 80% populasi Gaza kini bergantung pada bantuan luar.
Ini bukan pertama kalinya kapal bantuan mencoba menembus blokade Gaza. Pada tahun 2010, armada Mavi Marmara mengalami konfrontasi mematikan dengan pasukan Israel, menewaskan sembilan aktivis Turki dan memicu kecaman internasional. Meski demikian, insiden tersebut tidak menghentikan berbagai kelompok sipil untuk terus mengirimkan bantuan melalui laut.
Greta Thunberg, dalam sebuah unggahan media sosial, menyatakan dukungannya terhadap misi ini. “Setiap kehidupan manusia layak mendapatkan pertolongan. Blokade tidak boleh menghalangi bantuan kemanusiaan,” tulisnya.
Hingga berita ini ditulis, kapal Greta Thunberg dilaporkan telah memasuki wilayah perairan internasional di Laut Mediterania bagian timur, dengan kecepatan sedang dan komunikasi terbatas demi alasan keamanan. Beberapa organisasi HAM internasional telah menyerukan kepada pemerintah-pemerintah di Eropa untuk menjamin keselamatan kapal dan seluruh penumpangnya.
Apakah kapal ini akan berhasil mencapai Gaza atau tidak masih menjadi pertanyaan. Namun satu hal yang pasti: suara solidaritas dari laut kembali bergema, menantang batasan politik dan militer demi menyampaikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.